FLORA DAN FAUNA YANG MENJADI MASKOT DI PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM
Bunga Jeumpa
Michelia adalah salah satu kelompok tumbuhan berbunga anggota suku Magnoliaceae. Sebelum 2000, kelompok ini menyandang posisi takson marga (genus), namun sejak keluarnya hasil kajian molekuler, banyak pihak memasukkannya sebagai salah satu sectio (seksi) dari marga Magnolia. Kelompok ini beranggota sekitar 50 spesies pohon atau perdu hijau abadi yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis di Asia Selatan dan Asia Tenggara serta Tiongkok selatan. Berbagai jenis cempaka merupakan anggota-anggotanya yang paling banyak dikenal orang.
Sebagai anggota suku Magnoliaceae, kelompok ini merupakan cabang tumbuhan berbunga yang masih berciri tumbuhan purba, dapat dianggap sebagai fosil yang hidup karena asal-usulnya dapat ditelusuri hingga 95 juta tahun yang lalu. Ciri khas tumbuhan ini adalah perhiasan bunganya yang tidak tersusun dari mahkota bunga dan kelopak bunga, melainkan dari tenda bunga (tepal).
Daun dan bunga Michelia masih menyerupai daun dan bunga Magnolia. Bunga Michelia lebih tersebar di sepanjang batang tumbuhan, sedangkan bunga Magnolia hanya tumbuh di ujung batang.
Beberapa spesies merupakan penghasil kayu yang penting, sedangkan beberapa spesies seperti Michelia champaca (di Nanggroe Aceh Darussalam dikenal sebagai bunga jeumpa) dan Michelia doltsopa ditanam karena bunganya. M. champaca juga dikembangbiakkan untuk diambil minyak dari bunganya sebagai bahan parfum. Beberapa spesies juga ditanam sebagai tanaman pembatas jalan seperti M. figo, M. doltsopa dan M. champaca.
Burung Cempala Kuneng
Cempala Kuneng atau nama Latinnya Copsychus pyrropygus merupakan salah satu burung kebanggaan rakyat Aceh. Pada masa kejayaan Kerajaan Aceh di bawah Sultan Iskandar Muda (1607 -1636), Cempala Kuneng sudah dikenal dan disebut-sebut dalam berbagai hikayat Aceh. Oleh karena ketenarannya maka burung ini juga dijadikan Fauna Identitas Propinsi Aceh.
Burung yang indah ini mudah dikenal karena kekerabatannya dengan Murai Batu. Walaupun tidak memiliki ekor panjang seperti Murai Batu, keindahan burung ini diperlihatkan oleh warnanya yang coklat keabuan tua mengkilap dengan ciri khas sebentuk alis putih di atas mata, serta paruh hitam ramping tajam. Sebagian dada dan perut sampai pangkal ekor dan punggung berwarna kuning kemerahan, sedangkan ujung ekornya berwarna hitam dengan pinggir putih pada bagian bawahnya.
Cempala kuneng menghuni hutan yang memiliki banyak cekungan atau lembah sampai ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Habitat utama burung ini adalah kawasan Taman Nasinal Gunung Leuser (TNGL). Burung ini tidak hanya terdapat di Aceh, tetapi juga dapat dijumpai di Sumatera umumnya, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia. Tidak seperti Murai Batu yang cenderung memakan serangga, Cempala Kuneng adalah burung yang memakan biji-bijian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar